Menurut Pa Sahli Panglima TNI Tk. II Bidang Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, pasukan militer sering kali dilibatkan dalam penanganan bencana di beberapa Negara, seperti Indonesia. “TNI merupakan pihak pertama dan pendukung utama, bahkan terkadang sebagai pelaku utama dalam menangani kondisi bencana alam,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kolonel Inf A. Budi Handoyo, Paban 7 Latma Sops TNI selaku Direktur Latma Tempest Express-30 mengatakan, latihan ini diikuti oleh 30 negara yaitu Australia, Cambodia, France, India, Japan, Maldives, New Zealand, Philippines, Sri Lanka, Tuvalu, Vanuatu, Bangladesh, Canada, Fiji, Indonesia, Korea, Mongolia, Brunei, East Timor, Germany, Italy, Malaysia, Nepal, Papua New Guinea, Singapore, Thailand, United Kingdom, Vietnam, Solomon Island, Tonga, dan United States.
Menurut Kolonel Inf A. Budi Handoyo, materi Latma Tempest Express-30 yang disampaikan diantaranya Humanitarian Stakeholders, Humanitarian Principles, International Disaster Response Operations, CM Coord & Hu MOCC, Humanitarian Logistics, IDN Disaster Response Mechanisms, MNF SOP Introduction and MNF SOP HA/DR Annex.
“Dalam Latma Tempest Express-30, terdapat pula instansi pemerintah yang terlibat yaitu Kemensos, Kemenkes, Pemprov Yogyakarta, Pemkab Sleman, Pemkab Bantul, BNPB, BPBD Yogyakarta, BATAN Yogyakarta, Kantor SAR Yogyakarta (Basarnas/SAR), Polda Yogyakarta (District Police),” tambah Kolonel Inf A. Budi Handoyo.
Turut hadir dalam upacara pembukaan diantaranya, Kapusinfolahta TNI Marsma TNI Dadang Hermawan M.Sc, Kolonel Mark Railey, Kepala Kantor Kerjasama Pertahanan Amerika Serikat di Jakarta, Mr. Scoot A. Weidie, dan Kepala Bagian Kerjasama Latihan dan Program Multinasional (USPACOM J712).(Ebenezer Sihotang)