Aditya David Wirawan (17), siswa kelas XI SMA Kristen Petra 1 Surabaya ini mengaku menyukai Biologi sejak kecil. Peraih medali perak IBO ini mengikuti kejuaraan sains sejak tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Biologi bukan hanya tentang menghafal materi, tetapi lebih kepada pemahaman,” katanya.
Dan hal tersebut, kata Aditya, sangat berkaitan erat dengan guru mata pelajaran Biologi. Saat ditanya tantangan tersulit dalam IBO, siswa yang gemar membaca dan bermain rubik ini mengaku kesulitan dalam menyelesaikan soal praktikum pembedahan hewan.
Sementara rekannya, Syailendra Karuna Sugito (17), mengaku saingan terberat tim Indonesia adalah para siswa dari negara-negara Asia.
“Saingan terberat kebanyakan dari negara-negara Asia, seperti China, Taiwan, Thailand, Vietnam, India. Tahun ini kita gak dapat emas, tetapi tahun ini kita gak ada yang dapat di bawah perak,” kata Syailendra.
Ahmad Faisal, salah satu pembimbing siswa, mengaku bahwa para pembimbing tidak mengalami kesulitan dalam menyiapkan siswa menghadapi olimpiade ini. Para siswa yang memiliki latar belakang suku, dan daerah yang berbeda-beda ini sangat akrab dan kompak.
Keakraban dan kerja sama yang baik juga terjalin antara siswa dan pembimbing. Namun, kendala utama datang dari cuaca di Iran yang cukup ekstrim sehingga memengaruhi kondisi kesehatan peserta.
“Siswa kita sempat ngedrop. Karena di sana cuacanya cukup panas dan kering. Jadi itu memengaruhi kondisi psikologisnya saat menghadapi ujian,” ujar Ahmad Faizal.
Lebih lanjut, Faisal sepakat dengan kebijakan pemerintah yang mulai mendorong penggunaan _higher order thinking skill_ pada pembelajaran dan penilaian hasil belajar di sekolah. “Biologi, kan selama ini identik dengan hafalan. Padahal di olimpiade tidak ada hafalan. Semuanya analisis,” katanya.