Selain itu, ujar Chaidir, Irjen Pol Agung Setya juga menjelaskan, perusakan mobil patwal oleh oknum mahasiswa tidak menggambarkan ciri khas Melayu.
Ketika ditanya, apa harapan FKPMR ke depan yang disampaikan ke Kapolda, Chaidir menyebut, kendati aparat kepolisian telah memiliki prosedur dalam mengamankan aksi unjukrasa, diminta tetap mengedepankan komunikasi persuasif sebab apa yang disampaikan mahasiswa yang berunjukrasa tersebut murni merupakan suara hati nurani rakyat.
Ke depan komunikasi harus lebih diintensifkan antara jajaran kepolisian terutama Kapolda dengan aktivis mahasiswa karena dari catatan FKPMR, menurut Chaidir, Kapolda Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi sebenarnya telah membuat beberapa inovasi, seperti tekadnya untuk menerapkan kepemimpinan berbudaya Melayu dalam memimpin Polda Riau, aplikasi Lancang kuning dalam operasi penanggulangan karhutla di Riau, program ketahanan pangan “Jaga Kampung” berupa penanaman palawija Kerjasama dengan kelompok masyarakat dengan biaya diikhtiarkan oleh Kapolda.
“Tak hanya itu, Polda Riau ternyata memprioritaskan anak kemenakan kita, Melayu, untuk lebih banyak diterima dalam penerimaan Secaba kepolisian 2020 ini. Ini sangat membanggakan, Kapolda menaruh perhatian kepada anak-anak dan kemenakan kita yang mau jadi polisi,” jelasnya.
Dalam dialog dan silaturahmi antara FKPMR dengan Kapolda Riau tersebut, hadir Sekjen Endang Sukarelawan, Bendum H Muhammad Yunus, Wakil Bendum Ikhsan, Wakil Sekjen M Herwan serta pengurus lainnya. (rls)