Orang Melayu, sambungnya, orang yang suka menerima, cinta damai dan tidak akan berak (buang air besar) di dalam celana. Karena celana itu dia bersihkan, dicuci dan dipakai setiap saat. Dia tidak akan mengotori celananya sendiri dengan najis. Atau sama artinya dengan orang yang membuang tinjanya di meja makan.
Orang Melayu pada dasarnya, tidak akan mempermalukan dirinya, adatnya, kebudayaan dan bangsanya. Apalagi merusak orang lain. Orang Melayu bisa diajak beriya dan sekata. Ke gunung sama mendaki, ke lurah sama menurun. Menerima titah, daulat tuanku. Asal dia jangan dikhianati dan tahu cara mendekatinya.
“Mungkin Pemerintah Kepri BP Batam atau Bahlil Lahadalia itu tak tahu cara-cara orang Melayu,” kata Aris sambil tersenyum. Entahlah! ***
H. Dheni Kurnia; Wartawan, Karateka (Pemegang Sabuk Hitam Dan V) dan Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI)