TAK AKAN MELAYU TERBERAK DI CELANA (Rempang Malang Rempang Terbuang)

Pekanbaru, Top Ten711 kali dibaca

Masyarakat pun kasak-kusuk. Segala bentuk protes disampaikan ke berbagai pihak. Surat menyurat juga berkelayapan kian kemari mencari perlindungan dan perhatian. Tapi tak ada yang menghasilkan. Rempang yang malang tetap akan dihancurkan untuk pabrik. Asa masyakarat terbuang dalam limbah yang paling kotor. Karena itulah kemudian terjadi demo besar-besaran. Dengan dukungan etnis Melayu yang bersimpati, mereka bersumpah akan melakukan demonstrasi berkali-kali lagi.

Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, menyebut, masalah pembangunan Rempang ini, sudah disosialisasikan sejak April 2023, melalui media massa, media sosial, siaran pers resmi, hingga dibentuk tim yang langsung datang untuk melakukan sosialiasi ke masyarakat sampai saat ini. Jadi tidak benar jika mereka tidak menanggapi keluhan masyarakat. Bahkan tanah masyarakat yang terkena pembangunan akan diganti rugi dengan wajar. Mereka pun akan dibangunkan pemukiman yang layak.

Ia juga mengatakan proyek ini ditindaklanjuti secara serius, hati-hati dan selalu membuka ruang bagi masyarakat Rempang untuk berdialog dan berdiskusi. Makanya dia membantah keras tudingan kelompok masyarakat sipil bahwa sosialisasi dilakukan secara tidak transparan.

Tapi apapun itu, warga Rempang sampai titik darah terakhir, tetap akan menolak relokasi dan penggusuran kampung tua yang ada di wilayah itu. Kalau toh akan dibangun juga, mereka minta 16 kampung tua tersebut tidak diapa-apakan. Kampung itu sudah menjadi kampung adat yang menjadi permukiman warga asli yang diyakini telah bermukim di Pulau Rempang sejak tahun 1834. Dalam masalah inilah mereka bertikai dan tak bisa menerima masukan dari Ketua BP Batam, Muhammad Rudi.

#Prajurit Kesultanan Riau-Lingga#

Menjawab tentang pertikaian ini, Budayawan Melayu, Prof Dr. Dato’ Abdul Malik M.Pd menyebut, warga Rempang memang orang Melayu yang berwatak keras dan masih memegang adat resam. “Penduduk asli Rempang, Galang dan Bulang (kini masuk wilayah Kota Batam) adalah keturunan para prajurit Kesultanan Riau-Lingga yang sudah eksis sejak 1720 masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I,” katanya.

Baca Juga:  Kasi Pidsus Kejari Siak Imanuel Tarigan SH : Pemanggilan Dua Oknum Penghulu Kecamatan Bungaraya Sipatnya Silaturahmi Saja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.