Oleh komunitas Tanjak Siak, Syamsuar dihadiahi tanjak khusus yang biasa dipakai bangsawan melayu, dengan Ikat Tanjak Dendam Tak Sudah.
“Salam tanjak bukan nak melagak, tapi nak budayakan tanjak Siak,” ucap Syam melafalkan salam khas komunitas tanjak.
Tak sampai disitu, Datuk Setia Amanah itu juga spontan melontarkan ide terkait tradisi melayu lama lainnya, yaitu Festival Meriam Buluh Betung. Tradisi masyarakat melayu zaman dahulu itu kata dia akan digelar menjelang hari raya nanti agar suasana meriah.
“InsyaAllah suasananya akan meriah. Apalagi kalau nanti buluhnya diukir, peserta harus berpakaian melayu lengkap kopiah dan selempang. Kalau pandai bunyikan, pasti kuat. Kalau tidak, kekadang sejam tau penat meniup ajo, tapi bunyinyo cusss,” kata Syam disambut gelak tawa yang hadir di pasar seni.
Jelang konferensi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang berencana menjadikan Kota Siak Sri Indrapura sebagai lokasi pelaksanaan, Syamsuar juga mengajak komunitas tanjak untuk mensukseskan dan mengenalkan tradisi melayu kepada tamu yang akan datang.
Ia bahkan juga ingin menunjukkan keindahan arsitektur Balairung Sri, yang dirancang oleh Almarhum Tengku Susido.
“Konsep Waterfront City itu sebenarnya telah lama ada di Siak. Lihat saja kehebatan leluhur kita yang mampu membuat bangunan itu di masa 100 tahun yang lalu. Saya juga akan ajak tamu yang datang nanti ziarah ke makam arsiteknya di kampung tengah,” tutup Syam.(Adv/Sht)