Usai memberikan sambutan, Mendikbud periode 2016 – 2019 Muhadjir Effendy menyerahkan laporan akhir jabatannya kepada Mendikbud Nadiem Makarim.
Tiga Fokus Mendikbud Nadiem
Mendikbud Nadiem Makarim mengakui, bahwa tanggung jawab yang diamanatkan Presiden Joko Widodo memang cukup besar dan berat. Namun, ia menerima tanggung jawab yang diberikan sebagai sebuah kehormatan karena keyakinan bahwa pendidikan menjadi faktor kunci untuk menghadapi berbagai tantangan bangsa di masa depan.
Cukup banyak tantangan yang harus diselesaikan, salah satunya adalah terkait skala pendidikan di Indonesia yang sangat besar.
“Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya. Dan semua tersebar di archipelago terbesar di dunia, yaitu di Indonesia. Jadi challenge terbesar adalah skalanya,” ungkapnya.
Namun, Mendikbud optimistis dapat menghadirkan solusi yang baik dimulai dengan mendengar, berdiskusi, dan memelajari kondisi yang ada bersama para pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan.
“Yang terpenting adalah kita harus mulai bukan dengan aksi, tetapi kita harus mulai dengan belajar dulu dengan semua stakeholders yang ada,” ujar Nadiem Makarim.
“Dari situlah baru kita menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan,” imbuh Mendikbud Nadiem Makarim.
Lebih lanjut, Nadiem Makarim menyatakan, bahwa fokusnya adalah memastikan sistem pendidikan yang dapat membentuk karakter generasi penerus bangsa.
“Sistem pendidikan yang berdasarkan kompetensi. Bukan hanya informasi saja. Harus ada skill. Juga relevansi. Selalu, Bapak Presiden ngomong perlu adanya link and match antara industri dan juga institusi pendidikan,” jelasnya.
Ditegaskannya, gotong royong adalah budaya bangsa Indonesia yang akan terus dikembangkan dalam setiap gerak Kemendikbud. “Gotong royong dan kolaborasi. Tidak bisa kita lakukan ini sendiri. Semua harus terlibat, semua harus gotong royong untuk menciptakan institusi atau kualitas pendidikan yang lebih baik,” pesan Nadiem Makarim.