Dalam rangka menjaga rasa kebangsaan dan nasionalisme Indonesia, menurut lelaki dari suku bangsa Mori, salah satu suku terbesar di Sulawesi Tengah itu, kita perlu melakukan olah rasa, olah spiritual, olah batin.
Menyerahkan bangsa Indonesia ini kepada yang maha kuasa, menyerahkan segala persoalan yang dihadapi bangsa dan negara kepada yang maha mengatur alam semesta ini.
“Acara Doa Nasional Rawat NKRI yang akan kita laksanakan nanti adalah wujud penyerahan total bangsa kita secara batiniah kepada Sang Pencipta Alam Semesta, seraya kita sampaikan isi hati bangsa se-nusantara yang tetap ingin bersatu padu, ingin hidup bersama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak inginkan perpecahan antar suku antar agama antar ras dan antar golongan atau keompok, menolak permusuhan satu dengan lainnya, dan menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing setiap hati anak-anak bangsa ini kepada keinginan yang kita sudah sampaikan kepada-Nya itu,” urai peraih gelar Master of Science (M.Sc) in Global Ethics dari Inggris ini.
Saat ditanya mengapa memilih Mei 2018 sebagai momentum pelaksanaan acara doa nasional ini, Wilson menjelaskan, bahwa acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati dua momentum penting bangsa, yakni Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional. “Acara ini dilaksanakan dalam rangka mengisi peringatan Hardiknas 2 Mei dan Harkitnas 20 Mei 2018,” katanya.
Bentuk acara yang akan digelar nanti semacam perhelatan bersama rakyat dari semua latar belakang suku, agama, ras, antar golongan/kelompok. Warga berkumpul untuk menyampaikan doa bersama, membacakan ayat-ayat suci dari semua kitab suci agama dan kepercayaan yang ada oleh penganut masing-masing, mengikrarkan kehendak bersama merawat NKRI, dan menggelar acara ragam budaya nusantara dari Merauke hingga ke Sabang.