Petani Sungai Mandau Keluhkan Mesin Combin Harvester Tidak Maksimal

Siak, Top Ten, Uncategorized286 kali dibaca
Sungai Mandau, lintas10.com- Hasil panen padi petani kecamatan Sungai Mandau dengan menggunakan 2 unit Combine Harvester hasil bantuan dari BPTP Provinsi Riau  ternyata tidak sesuai harapan mesin yang diharapkan dapat memberikan lebih manfaatnya dalam memisahkan padi ternyata  tidak bersih, lebih banyak sampah batang padi dibanding gabah bersih.
Asep yang juga sebagai operator mesin panen, Senin (25/4/2016) mengatakan 
Karena lebih banyak sampah, maka petani harus menyediakan karung lebih banyak, dua kali lipat dibanding hasil panen yang bersih dari sampah.
“Itungan persentasinya rugi bang, biasanya satu karung 45 Kg, dengan kondisi banyak sampah seperti ini paling sekitar 25 KG. Akibatnya harganya jatuh, biasanya 4 rb/Kg, sekarang paling laku Rp. 3 rb/Kg,” kata Asep.
Akibat banyaknya sampah itu pemilik penggilingan padi juga keberatan mengupas padi jadi kotor, untuk memisahkan sampah dengan padi petani harus kerja dua kali, setelah dijemur harus ditampi.
“2 mesin ini titipan dari BPTP, status kepemilikannya punya BPTP, jadi kami tidak berani merombaknya. Memang baru dipakai satu kali musim panen, petani banyak yang kecewa, awalnya mereka tidak tahu, dan menyewa, setelah digunakan hasilnya seperti ini,” katanya Asep.
Ia juga meminta kepada pihak BPTP untuk mengirimkan teknisi untuk menyeting atau memodifikasi 2 unit mesin panen itu.
“Jika sampai musim panen kedepan tidak ada teknisi datang dan dibiarkan seperti ini, 2 unit mesin BPTP ini terpaksa kami istirahatkan saja. Jika kita operasikan akan rugi, petani bayar sewa bagi hasil. Kalau dapat 8 karung, 7 karung untuk petani 1 untuk banyar sewa mesin,” sebutnya.
Menurut Asep, jika 2 unit mesin itu didudukan petani masih bisa panen normal, pasalnya ada 2 unit mesin panen yang digulirkan melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikulural tahun sebelumnya. 1 unit mesin kecil bantuan pertama menurut Asep sangat bagus, hasilnya bersih dan mudah dioperasikan.
“Ini yang pertama datang, yang kecil persentasinya dapat, mudah dioperasikan, yang besar persentasinya dapat, cuma selang hidroloknya sering rusak dan harganya mahal,” jelas Asep.
Kepala BPTP Riau Prof. Dr. Mas Ganti saat dikonfirmasi membenarkan bahwa secara kepemilikan mesin panen tersebut hak BPTP Riau dan kini dititipkan ke kelompok tani di Sungai Mandau. Namun menurut Masganti 2 unit mesin itu pengadaannya dari Dinas Pertanian, keluhan itu akan dikonsultasikan.
“Saya tidak tahu pasti apakah ada perawatan dari pihak penyedia barang. Setau saya petani sudah dilatih untuk mengoperasikan mesin panen tersebut, kenama baru sekarang ada keluhan,” kata Masganti.
Menanggapi hal ini Camat Sungai Mandau Irwan Kurniawan menyampaikan, bahwa saat ini masih masa transisi, sebelumnya petani panen manual dan kini dibantu dengan mesin panen, menurut Camat adalah sebuah kewajaran jika masyarakat belum siap menerima perubahan.
“Kemaren petani sudah dilatih mengoperasikan mesin panen, kemungkinan mereka belum siap. Seiring berjalannya waktu kemungkinan nanti mereka akan merakan keuntungan dan efektifitas menggunakan mesin tersebut,” kata Irwan Kurniawan.
Camat membenarkan kalau sebelumnya ada petani yang menyampaikan keluhan itu, namun di lain sisi juga banyak petani yang minta sawahnya dipanen menggunakan mesin.
“Ada juga petani yang menginginkan mesin itu untuk digunakan,” tandas Camat. (Sht)
Baca Juga:  Aiptu Khairul Menyapa Pedagang Pasar Di Kecamatan Tualang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.