Senada dengan pengakuan Ar, Sil juga menuturkan bahwa anaknya juga mendapat perlakuan yang sama.
” Anak saya menangis dua kali diancam, dipolsek dan di rutan anak saya dibentak – bentak. Dirutan juga anak saya diancam, ada rekamannya anak saya nangis – nangis ketakutan,” ujar Sil.
Warga kampung lalang berinisial Sil menambahkan bahwa Putrinya seorang perempuan yang bekerja sebagai perawat tidak disangka ikut menjadi tersangka. Menurut Sil anaknya tidak ada niat untuk terlibat.
“Putri saya tidak ada niat kesana, tetapi karena diajak temannya dia kesana. Sampai ditempat kejadian disuruh kawannya dia tokokkanlah, klen yang sering kehilangan, putri saya pun memukul pakai gagang sapu ke arah kaki, putri saya bilang maaf, jangan mencuri lagi ya” ujar Sil menirukan percakapan anaknya pada saat kejadian.
Peristiwa ini pun berawal saat tempat bekerja Citra disalah satu klinik di marelan kerab kemalingan henpon. Atas kejadian tersebut pemilik klinik atas nama inisial Diana menyuruh tersangka Kiwir mencari tau siapa yang melakukan pencurian tersebut.
” Pada saat dicari ternyata dicurigailah Ju (almarhum). Dibawalah Ju ke tempat Pos yang tidak terpakai lagi. Disana Ju di interogasi. Ju mengatakan agar warga melihat henpon android tersebut dibawah TV. Akan tetapi dibawah TV tidak ada ditemukan warga, hanya banyak casing hape bekas yang ditumpuk disana” ucap orang tua tersangka.
Lanjutnya, warga kembali mengintrogasi ke sebuah lapangan disana juga almarhum tidak mengakui.
” Pada saat dilapangan bekas badminton para tersangka meninggalkan Ju, dititipkan kepada tersangka Jul dan dikerumuni warga. Selesai itu besoknya barulah diketahui bahwa Ju telah meninggal dunia” sebutnya.
Anak saya Syah masih dibawah umur 17 tahun sudah divonis 2 tahun enam bulan. Saya minta keadilanlah anak saya bukan pelaku utama ujar Ar. Begitu pula orang tua atas nama Sil dengan berlinang air mata memohon agar keadilan berpihak kepada putri semata wayangnya itu.