“Jadi orang tua yang memasak dan dibawa ke sekolah untuk makan bersama. Jadi, dimasak yah, untuk anak-anaknya, bahkan orang tua sangat kreatif dengan menyediakan gelas tempat minum sebanyak peserta didik dari Kelas X, XI, dan XII dari rumah masing-masing,” kata Kepsek seraya menambahkan, bahwa di sekolah telah disosialisasikan tidak menggunakan bahan plastik baik tempat untuk minum maupun bentuk makanan.
Menurutnya, makna dengan makan bersama bagi peserta didik adalah menambah keimanan, meyakini bahwa ketika idul kurban sudah dilaksanakan, sehingga benar-benar akan kecintaan sama Tuhan, dan makan bersama yang perdana ini untuk sama-sama semangat. Jadi, yang tadinya tidak tergugah, mungkin besoknya, anak-anak akan bercerita kepada orangtuanya, untuk berkurban di sekolah.
“Kita juga turut mengimbau orang tua peserta didik untuk ikut serta berkurban disekolah. Mungkin, dengan suasana makan bersama, mereka akan cerita kepada orangtuanya, sehingga apa yang disampaikan anak-anak kepada orang tua, dapat menggugah orang tua untuk ikut ber kurban di sekolah. Bisa menyemarakkan berkurban di sekolah,” katanya.
Yang paling penting kata Kepsek, adalah semangat berbagi, misalnya untuk menyiapkan makanan sudah dikelompokkan atau sudah berbagi tugas, siapa yang memasak gule, sate, siapa yang membawa nasi, jadi, dengan demikian, benar-benar ada ikatan kekeluargaan, ada ikatan kebersamaan antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik.
Kepsek mengharapkan, dengan kegiatan ini, semoga anak-anak bertambah keimanannya, dan sukses dibidang pendidikannya, dan juga dengan sudah berbagai dengan sesama ini, maka anak-anak akan terbiasa dikemudian hari untuk berbagi. “Kita budayakan anak-anak agar selalu memberi, dan kalau bisa tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tau, kami mencoba membangun karakter seperti itu. Kalau ini sudah terbiasa, anak-anak dengan otomatis akan ada niat untuk memberi. Memang butuh proses,” katanya.
Benz