Dampaknya tekanan pelemahan rupiah akan berkurang. Ada potensi rupiah kembali menguat. Lantas “Apa yang harus dilakukan pemerintah? Dengan risiko nilai tukar yang lebih mild, pemerintah dan BI bisa memberikan stimulus perekonomian agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih terpacu,”
Sebelumnya ketegangan dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China makin panas. China akan mengenakan tarif bea masuk kepada barang-barang impor asal AS senilai US$ 75 miliar, dan juga mematok tarif tambahan sebesar 10% dari ketentuan yang sudah berlaku untuk setiap barang yang masuk. Produk AS yang akan dikenakan tarif tambahan oleh China adalah produk pertanian seperti kedelai, minyak mentah dan pesawat kecil. Tak tanggung-tanggung China juga akan mengenakan tarif untuk mobil dan suku cadang dari AS.
Pengaruh perang dagang tidak hanya berdampak pada perlambatan ekonomi dunia namun juga terhadap perdagangan internasional dan harga komoditas yang menjadi tidak menguntungkan, termasuk bagi Indonesia. sikap bank sentral dunia yang harusnya menjadi lebih dovish mengacu pada tren suku bunga rendah serta suntikan likuiditas untuk mendukung pasar keuangan. Namun pada saat yang sama terjadi volatilitas aliran modal asing dan nilai tukar yang relatif menjadi lebih tinggi sehingga perlu dilakukan penguatan stabilitas dan ketahanan ekonomi.
Perdagangan Global yang terjadi seperti ini dapat mengakibatkan kondisi perekonomian global menjadi lesu yang akan menyebabkan ekonomi anjlok sehingga dikhawatirkan ekonomi dunia akan terkena resesi. Indonesia Sendiri akan merasakan efek dari perang dagang ini diantaranya seperti ekspor komoditas Indonesia ke AS dan China akan menurun dan Indonesia sendiri akan dibanjiri oleh produk AS dan China sehingga deficit neraca perdagangan Indonesia akan semakin besar.