“Rencananya herbal ini mau dibagi-bagikan di depan Klinik kita dan masyarakat, siapapun yang butuh herbal, baik sakit luar maupun dalam, baik untuk manusia maupun hewan,” tandasnya.
Atas kebaikan dan perhatian Kapolri tersebut, Ja’far pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, “Terima kasih saya ucapkan kepada Kapolri yang begitu peduli dan sangat baik kepada saya, agar saya dapat terus mengembangkan potensi saya sebagai ilmuwan kesehatan berkelas dunia yang hasilnya nanti akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pengalaman berharga berjuang dari titik nol.
Di atas segalanya, Ja’far juga menyebutkan, “Ayahanda Kapolri pahlawan penyelamat bagi kehidupan saya. Kalau gak ada pertolongan Allah SWT lewat perantara Kapolri, mungkin saya sudah tinggal di bawah jembatan, kelaparan dan ingat perjalan saya dulu sejak Sekolah Dasar, hidup mandiri mencari sendiri biaya sekolah dan biaya hidup sudah terbiasa makan sekali dua hari terkadang air yang diperbanyak minum untuk bertahan hidup sangkin tidak adanya dana ucap ilmuwan keliling dunia.
Lebih lanjut, diceritakan Ja’far ini menjadi pengalaman pahitnya, parahnya lagi ia mengaku nyaris mati, karena kelaparan. “Tak lupa, sewaktu kuliah sambil jualan roti naik sepeda di tabrak orang mabuk hancur berkeping-keping, dagangan saya dicuri dan tidur di emperan untuk jualan roti, semasa kuliah pun tak pernah tidur senang terkadang tidur di dalam kelas dikarenakan untuk mencari biaya hidup dan kuliah,” ungkap Ilmuwan kelas dunia itu .
Namun, siapa sangka Ja’far mengawali nya semua dari titik nol. Ia merupakan anak yang hidup di pelosok salah satu Desa di Sumatera Utara bersama 10 saudaranya, dan sebagai tulang punggung keluarganya. Atas kondisi itulah, ia berjuang dan bersaing di belahan dunia sejak duduk dibangku Sekolah Dasar dengan mandiri dan membiayai sekolahnya hingga jadi ilmuwan yang saat ini diakui oleh dunia international.