Nah, ketika menjawab komentar nitizen inilah Rachland menyeret makam almarhum Gus Dur di dalam polemik tersebut.
“Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov — itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?,” tulis Rachland di akun twitternya @RachlanNashidik, Rabu (17/2).
Di komentarnya itu, Rachland juga menautkan sebuah berita dari Kompas.com dengan judul “Makam Gus Dur Dibuat Senyaman Mungkin” yang diterbitkan pada hari Senin 20 September 2010 pukul 18.51 WIB.
Akibat cuitannya itu Rachland juga mendapat somasi dari Dewan Pimpinan Pusat BARIKADE (Barisan Kader) Gus Dur, lewat surat terbuka tertanggal 19 Pebruari 2021 yang ditandatangani H.P
riyo Sambadha MBA selaku Ketua Umum dan Pasang Haro Rajagukguk selaku Sekjen sekaligus kuasa hukum DPP Barikade Gus Dur.
Untuk dan atas nama Keluarga dan kader Gus Dur seluruh Indonesia, DPP Barikade Gus meminta Rachland Nashidik membuat permohonan maaf atas cuitannya yang dinilai tidak tepat, tendensius dan melecehkan itu.
Rachland Nashidik sudah menyatakan permohonan maafnya, dan memberikan klarifikasi secara panjang lebar, antata lain sebagai berikut:
“Saya sudah membaca ulang twit saya dan menyadari bahwa tanpa membaca berita Kompas itu Netizen bisa salah mengerti. Bahwa yang dibangun bukanlah makam itu sendiri, melainkan fasilitas publiknya. Meski tidak juga bisa dibantah bahwa fasilitas yang melengkapi makam itu dibangun negara sebagai wujud penghormatan pada Presiden Abdurrahman Wahid. Saya memohon maaf.
“Saya sendiri menganggap diri saya sebagai murid Gus Dur dalam ajaran kebhinekaan dan demokrasi. Saya adalah anggota pengurus dari Forum Demokrasi yang dahulu dipimpin Gus Dur. Hubungan personal kami juga dekat, bahkan beliau adalah salah satu dari beberapa senior yang menyumbang bagi biaya pernikahan saya, 1996, disamping Adnan Buyung Nasution, Rahman Tolleng dan Sjahrir.