“Kita ingin membuka akses kerja sama dengan organisasi kepemudaan maupun start up Indonesia di bidang kemaritiman khususnya bidang kelautan, pariwisata dan lingkungan,” bebernya.
Jika dalam pertemuan 1st SOM AIS dilakukan diskusi untuk menghasilkan solusi mengenai permasalahan riil yang dihadapi oleh negara kepulauan dan negara pulau, serta melakukan kunjungan ke berbagai lembaga seperti BMKG, Pushidros-AL dan LIPI, maka pada pertemuan 2nd SOM AIS tidak hanya berdiskusi namun juga disampaikan paparan dari para narasumber.
“Agar forum ini mampu menghasilkan solusi yang nyata, kita juga menghadirkan berbagai narasumber yang memiliki kompetensi di bidang kemaritiman dalam dan luar negeri juga melibatkan secara langsung generasi muda, LSM dan start up di bidang yang sama,” tambah Odo.
Selain berdiskusi, para delegasi juga diajak untuk melihat secara langsung upaya pemerintah Indonesia untuk melakukan upaya penanganan dampak perubahan iklim dan pengelolaan sampah di wilayah kepulauan. Lebih lanjut, Odo menjelaskan bahwa pada hari ketiga pelaksanaan forum AIS tersebut, para peserta diajak mengunjungi fasilitas konservasi mangrove serta pelestarian penyu di Pulau Pramuka Kabupaten Kepulauan Seribu.
Sebagai informasi, forum AIS diinisiasi oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk implementasi komitmen untuk menangani dampak perubahan iklim. Pemanasan global yang memicu perubahan iklim menyebabkan gleiser dan es di kutub-kutub bumi mencair. Akibatnya, permukaan laut naik hingga masuk ke wilayah pesisir atau daratan. Di Indonesia, pemanasan global ini salah satunya berdampak pada tenggelamnya 2 dukuh di Kabupaten Demak karena banjir rob. Menurut Bupati Demak, luas wilayah Demak adalah 89.743 hektare dengan panjang pantai 34 Km, namun, abrasi mencapi 798 hektare.