Di Siak, kami hanya jalan-jalan, makan, beli oleh-oleh, serta berkunjung ke Makam Sultan Syarif Qasim II (Sultan terakhir Siak) dan Istana Siak, Asserayyah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur. Di dalam istana selain terdapat peninggalan sultan, juga terdapat sebuah kaca hias yang terbuat dari kristal.
Cermin hias ini, kata penjaga istana, salah satu magnet yang membuat orang berkunjung ke Siak. Karena selain bentuknya kuno dan menarik, cermin ini adalah milik Permaisuri Sultan Syarif Qasim II yang bernama Tengku Sultanah Agung.
Cermin kristal ini dibuat sekitar tahun 1889. Terletak di sudut ruangan utama, tempat para pejabat kerajaan melakukan pertemuan. Konon, kata dongeng kerajaan, siapa yang bercermin di kaca ini, jika dia perempuan akan secantik permaisuri. Dan jika dia lelaki, akan segagah dan serapi Sultan Syarif Qasim II. Bahkan ada pula legenda yang berkisah, siapa yang berkaca di kristal ini, akan awet muda, panjang umur dan akan berubah baik perangainya.
Hermansjah, termasuk pengunjung yang tertarik dengan cerita ini. Lalu diapun bergaya di depan cermin. Dia mulai tersenyum dan bicara dengan logat Medan, “Mudah-mudahan awak bisa jadi gagah, panjang umur dan parlente seperti Sultan Siak ni,” ujarnya saat itu. Teman-teman yang mendengar ikut tertawa, meski ada beberapa orang dari rombongan yang ikut berfoto dan bergaya di depan cermin.
Begitulah! Hermansjah memang sudah pergi mendahului teman-teman yang menunggu giliran. Legenda cermin hias di Siak, ternyata tidak menjamin umurnya. Hanya Allah SWT yang tahu kapan waktunya kita akan diambil. Tapi kebaikan dan kepedulian almarhum Hermansjah, memang sulit untuk dilupakan.
Dalam September ini, setidaknya sudah empat wartawan senior meninggal dunia. Kepergian mereka sangat mengejutkan dunia pers Indonesia. Karena mereka dikenal sebagai wartawan yang hebat dan tekun di dunianya. Bahkan Ketua Dewan Pers, Prof Azyumardi Azra, yang baru saja dilantik Presiden Jokowi,Mei 2022, meninggal dunia di Malaysia 18 September lalu. Alfatihah! ***