Karena itu di akhir hayatnya, dia dipercaya menjadi Ketua PWI Sumut (2015-2021), mendapat penghargaan PCNO (Press Cart Number One) atau kartu wartawan nomor satu di Indonesia dan Penguji UKW Nasional.
Saya sangat terkejut mendengar dia wafat. Meski saya tahu dia menimbun banyak penyakit, tapi dia biasa-biasa saja. Dia tetap bepergian kemana-mana. Di dalam maupun ke luar negeri, apalagi dia seorang penguji UKW yang tidak saja menguji di Medan, tapi bisa seluruh provinsi di Indonesia.
Hermansjah meninggal umur 58 tahun di RS Royal Prima Medan. Hampir seribu orang menshalatkan jenazahnya setelah shalat Jumat. Kebaikannya selama hidup dibalas Allah SWT pada saat hari kematiannya. Allah telah memanggilnya hari Jumat di saat umat Muslim pada hari itu melaksanakan ibadah Jumat. Usai shalat orang yang kenal maupun tidak, ikut menshalatkan jenazah dan mendoakannya. Hermansjah dimakamkan di Pemakaman Bromo Medan, di dekat rumahnya.
Kabar meninggalnya Herman, tak hanya sampai Riau. Tapi juga membuat Ketua PWI Pusat Atal S Depari dan pengurus PWI lainnya, sangat terkejut. “Kami benar-benar kehilangan atas kepergian Hermansjah. Tidak mendengar sakitnya, tiba-tiba ada kabar dia meninggal,” kata Atal.
Menurut Atal, Hermansjah merupakan pribadi yang hebat, ringan kaki, peduli pada pendidikan wartawan, dan peduli pada kehidupan sosial serta kesejahteraan wartawan. Dia bisa jadi contoh wartawan di Indonesia,” tambah Atal.
Sedang menurut Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat, Ilham Bintang, sepintas almarhum sepertinya tidak menyimpan penyakit. Dia orang yang periang dan cekatan, selain suka tersenyum.
“Dia juga mengenal banyak nara sumber dan pejabat. Baginya tak ada yang tak bisa. Suatu kali saya terlambat check in di bandara Kualanamu ketika mau kembali ke Jakarta. Penumpang sudah boarding, koper tidak bisa diangkut. Entah bagaimana cara Herman, koper saya bisa disusulkan. Digotong seorang petugas langsung masuk pesawat,” ujarnya mengenang Hermansjah.