HUT Ke-67 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ini Kata dr. H.Benny Chairudin M.Kes

Siak442 kali dibaca

SIAK, lintas10.com- Hari ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berulang tahun ke 67 tentunya dengan umur yang sudah tidak muda lagi tersebut banyak hal yang telah dicapai baik dalam organisasi maupun untuk seluruh anggota yang tergabung didalamnya demi peningkatan peran memberikan sumbangsih kepada pelayanan kepada masyarakat.

Hal itu disampaikan Ketua IDI Kabupaten Siak dr.H.Benny Chairudin, Sp.An, M.Kes kepada lintas10.com selasa (24/10/2017).

“Selalu satu organisasi dalam menaungi para dokter Indonesia dan memberi arti dan peran dalam pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia,” ujar Direktur RSUD Siak ini.

Lanjut yang juga Sekretaris IDI Wilayah Riau ini sesuai dengan misi dan visi organisasi turut mendukung program pemerintah dalam peningkatan pelayanan kesehatan.Visi & Misi Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Selain memiliki tujuan IDI juga memiliki visi dan misi diantaranya.Visi, menjadikan IDI sebagai organisasi profesi kedokteran nasional yang berwibawa di tingkat Asia Pasifik pada tahun 2020.

“Misi,Mengupayakan peningkatan kemampuan profesional yang beretika.
Mengembangkan peranan yang bermakna dalam meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia.
Menyuarakan aspirasi, mengupayakan kesejahteraan dan memberikan perlindungan kepada segenap anggota.
Mengembangkan standar pelayanan profesi, standar etika dan memperjuangkan kebebasan profesi yang mampu menyelaraskan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat,” kata Benny.

Dikatakan Direktur Rumah Sakit Tengku Rafian ini ia juga menceritakan awal mula berdirinya sejarah IDI.

“Sejarah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tahun 1926, Perkumpulan Vereniging van Indische Artsen berubah namanya menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI). Menurut Prof. Bahder Djohan (Sekretaris VIG selama 11 tahun -1928-1938), perubahan nama ini berdasarkan landasan politik yang menjelma dari timbulnya rasa nasionalisme (dimana dokter pribumi dianggap sebagai dokter kelas dua), sehingga membuat kata “indische” menjadi Indonesische” dalam VIG. Dengan demikian, profesi dokter telah menimbulkan rasa kesatuan atau paling tidak meletakkan sendi-sendi persatuan. Bahder Djohan mengatakan pula, “tujuan VIG ialah menyuarakan pendapat dokter, dimana pada masa itu persoalan yang pokok ialah mempersamakan kedudukan antara dokter pribumi dengan dokter Belanda dari segi kualitasnya”, sebut Benny.

Baca Juga:  Lukisan Sultan dan Tenun Siak, Cinderahati Negeri Istana Untuk Andi Rahman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.