Edy membuat sumur bor itu bersama rekannya dengan cara membor manual. Namun, ketika kedalaman galian sumur bor mencapai tujuh sambungan pipa atau sekitar 30 meter, penggalian itu mendadak mereka hentikan.
Pasalnya saat pemboran, tiba-tiba airnya menembak keluar dari pipa. Air tersebut bercampur dengan buih putih dan tampak ada gas keluar. Karena penasaran, lalu mereka mencoba memantikkan api. Alhasil, apipun terus menyala.
Menurut keterangan Edy, sumur bor ini sudah lama ia buat sekitar enam tahun lalu. Namun, karena airnya masih asin, akhirnya sumur bor itu tidak bisa dugunakan sampai sekarang.
Edy sempat berniat ingin menambah kedalaman sumur bor itu agar airnya tidak asin, tapi karena takut gas didalam semakin besar, iapun memutuskan untuk membiarkannya begitu saja hingga sekarang.
“Airnya masih asin, mau gali takut pula makin banyak gasnya. Makanya tak jadi pakai,” kata Edy ketika ditemui Inforohil, Senin (7/3/16) di kediamannya yang tak jauh dari STAI Ridho itu.
Setiap seminggu sekali atau sebulan sekali, ia bersama anggotanya Anto selalu mencoba menghidupkan gas itu. Bahkan, semingg lalu mereka mencoba hidupkan gas itu, apinya bisa mencapai setinggi manusia.
“Yang jelas itu malam hari, baru nampak bagus apinya. Seminggu kemarin kami coba, apinya samo tinggi dengan manusia,” ungkapnya.