“DHARMASRAYA” Penulis: Gamawan Fauzi

lintas Daerah4 kali dibaca

Di beberapa kawasan sudah mulai dikembangkan perkebunan sawit, terutama di lahan yang relatif flat dan ketinggian di bawah 700 meter dpl. Waktu itu saya berpikir, wilayah Solok bagian selatan dan Sijunjung belahan selatan dan timur ini benar benar merupakan daerah masa depan ekonomi Sumatera Barat yang menjanjikan.

Saat itu Jembatan Sungai Dareh, masih seperti jembatan umumnya yang punya bentangan lebar. Itupun sudah merupakan sebuah lompatan kemajuan, sebab berpuluh tahun sebelumnya, sarana transportasi dihubungkan dengan rakit kayu yang disebut “pelayangan”.

Tahun pun berubah, musim berganti. Pemikiran tak sekali tumbuh. Di tahun 2004, bersamaan dengan Kabupaten Solok, maka Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung melakukan pemekaran. Dalam adat disebut “baju gadang basibak”. Kabupaten Solok dibagi menjadi Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan, sementara Sawahlunto/Sijunjung menjadi Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya.

*Gadjah Mada hingga Yogya Kembali*

Dharmasraya, adalah nama yang sudah lama dikenal dalam sejarah Minangkabau dan sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara. Kerajaan ini hingga abad ke-13 merupakan kerajaan besar dan populer dalam sejarah perjalanan bangsa, pendahulu dari Malayapura atau Kerajaan Minangkabau Pagaruyung yang didirikan Adityawarman. Karenanya, ketika nama itu dipilih sebagai nama kabupaten ini, dalam hati saya mengatakan, bahwa pilihan nama itu adalah pilihan yang tepat dan cerdas.

Pandai betul tokoh tokoh masyarakat dan pemerintah daerah memilih nama itu. Dengan nama itu tentu akan dapat menyemangati jiwa masyarakat untuk memajukan kesejahteraan mereka dengan bertolak dari semangat kejayaan masa lalu atau kegemilangan yang pernah dicapai.

Saya pernah membaca dalam sepenggal tulisan, bahwa pada saat rombongan Majapahit (Singosari) datang ke Minangkabau, mereka melewati daerah Dharmasraya dan terus ke Pagaruyung. Saat berada di wilayah Dharmasraya, rombongan tersebut menemukan seorang pemuda kekar, kuat dan kebal senjata tajam, namanya Gajah Mada. Lalu sosok Gajah Mada dibawa pasukan Majapahit ke pusat kerajaan di Jawa Timur. Di sana ia menjadi tokoh sangat penting dalam menjayakan kerajaan tersebut.

Baca Juga:  Oknum Anggota DPRD OKU Timur Dipolisikan di Polda Sumut Atas Dugaan Pelecehan Terhadap Wanita Asal Medan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.