lintas10.com-Pemahaman keagamaan yang cenderung intoleran adalah bahan baku yang menjadikan tindakan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Demikian ditegaskan Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Nuruzzaman, kepada Lintas10.com Jum’at (2/4).
Karena itu, menurutnya, seluruh masyarakat harus selalu waspada terhadap pemahaman keagamaan yang mengajarkan intoleransi atau ajaran kebencian kepada orang lain.
“Masyarakat juga harus diyakinkan, jangan sampai percaya terhadap tokoh agama yang mengajarkan kebencian kepada orang lain, karena agama tidak mengajarkan kebencian pada orang lain,” ujarnya
Kecuali itu, lanjut pria yang akrab disapa Kang Zaman, kita semua sebagai masyarakat harus memberikan dukungan kepada aparat negara, baik kepolisian atau Densus 88, untuk menindak para pelaku teror di negeri ini.
Dikatakaj, persoalan terorisme yang berasal dari pemahaman keagamaan intoleran itu merupakan tanggung jawab bersama. Karena itu pula semua pihak harus serius melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan membangun narasi alternatif di media sosial.
Tujuannya agar pemahaman keagamaan di media sosial tidak dimonopoli kelompok-kelompok tertentu yang mengajarkan kekerasan dalam mengekspresikan pemahaman keagamaan.
“Pelaku teror di Makassar dan Mabes Polri itu merupakan generasi milenial yang banyak menghabiskan waktu di media sosial. Saya meyakini, kedua pelaku teror tersebut telah terpapar pemahaman intoleran melalui kanal-kanal yang tersedia di berbagai platform media sosial,” kata Kang Zaman. ***