“Organisasi Minang itu banyak, namun kehadiran kita untuk lebih menyatukan, tempat anak-anak muda atau yang berjiwa muda berkreatifitas, mendukung kreatifitas dari warga Minang,” kata dia.
Ia mengingatkan, organisasi ini bukan menandingi organisasi Minang yang lain. Namun semacam koalisi, mengajak organisasi lain untuk terus bersama dan mengembangkan budaya.
Tokoh Masyarakat Minang Riau, sekaligus ketua Gonjong Limo Riau, Zahirman Zabir memguraikan, dalam disertasi Muktar Naim, merantau bagi masyarakat Minang adalah tradisi, secara turun menurun sejak lama. Tidak mencengangkan bila orang Minang ada dimana-mana. Pada 2007, Sumatra Barat macet parah, karena banyaknya orang Minang pulang kampung.
“Kalau orang Minang pulang semua maka daerahnya akan, penuh sampai puncak gunung Marapi. Begitu banyaknya kita di rantau,” kata dia.
Sementara itu, kata dia, AMMI merupakan implementasi dari karaketer orang Minang di perantauan. Sedangkan ciri-ciri perantau Minang, adalah membangun. “Contoh, ketika sudah ada beberapa orang Minang berkumpul, mereka membangun mesjid, kalau belum mampu setidaknya membangun musala,” kata dia.
Menurut dia, AMMI sudah mengejawantahkan petuah-petuah Minang Kabau, yang begitu mudah bersosialisasi dan beradaptasi. Kemudian, tidak pernah membuat keributan di mana-mana.
“Kita harapkan AMMI berpegang dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” lata dia.
Dia menambahkan, bicara orang Minang di Riau persentasenya cukup tinggi. Di kota Pekanbaru mencapai 65 persen.
“Oramg Minang yang ada di Riau adalah orang Riau yang berasal dari Minang. Itu hasil kongres masyarakat Riau,” kata dia. (Rls)