Berkaca pada kondisi penyebaran Covid-19, Didon menyebut tak akan meminta orang untuk tak cemas, lantaran rasa tersebut muncul secara alami.
“Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengubah kecemasan ke tindakan-tindakan preventif yang aplikatif,” katanya.
“Agar tidak muncul kecemasan yang berlebihan, tim Psikologi dalam konseling juga menyelinginya dengan permainan, sehingga mereka akan lupa terhadap penderitaannya,” ucap Didon.
Selain kepada pasien Covid-19 katanya, konseling juga diberikan kepada para tenaga medis baik para dokter dan perawat.
“Ini penting kita berikan agar para tenaga medis ini dapat relaksasi dan ketenangan dalam menjalankan tugas sekaligus juga tekanan untuk menghindari kejenuhan,” ujarnya.
Ketika ditanyakan tentang hambatan yang dihadapi dalam memberikan konseling, Didon menyampaikan salah satunya adalah keterbatasan untuk berinteraksi dengan klien secara langsung dalam membina kepercayaan dari pasien untuk terbuka menceritakan permasalahannya.
“Untuk mengatasinya, kami sesering mungkin melakukan sosialisasi melalui grup chat, melalui pengeras suara dan juga secara rutin mengirimkan materi-materi psikoedukasi. Dan juga menyempatkan untuk memberi aktivitas kelompok ketika melakukan kunjungan langsung,” sebutnya.
Diungkapkan pula, dalam memberikan konseling ini, rasa bangga, tertantang dan khawatir akan risiko yang dihadapi bercampur menjadi satu.
“Tapi jika diiringi dengan keyakinan, apalagi kami dilengkapi dengan APD tingkat 3, yakin tidak akan tertular,” tuturnya.
Tak lupa dirinya pun berpesan kepada masyarakat agar disiplin dalam melakukan anjuran pemerintah untuk membatasi aktivitas di luar rumah.
“Jaga pola hidup sehat dan tetap produktif meskipun beraktivitas di rumah. Inilah momen untuk mempererat hubungan dengan keluarga tercinta,” harapnya.