Oleh H. Dheni Kurnia
INI kisah unik yang berindikasi penipuan. Semula menakjubkan, tapi kemudian jadi ranah (dugaan) pembohongan. Bayangkan, 270 juta penduduk Indonesia, termasuk gubernur, danrem dan Kapolda Sumatera Selatan, ikut terkena “prank”. Bahasa kerennya “tertipu” atau sengaja ditipu.
Awalnya, semua orang kagum. Termasuk (mungkin Presiden RI), beberapa menteri kabinet Indonesia Maju, mantan menteri, anggota MPR/DPR-RI dan sejumlah orang yang kagum dengan keluarga Akidi Tio. Mereka memuji-muji setinggi ombak di laut, awan di langit dan setinggi bentuk kepedulian di dunia. Tapi akhirnya, semua jadi gelap dan tak jelas.
Adalah Heriyanti atau sering disapa Ahong, warga Sumatera Selatan. Dia mengaku sudah bicara dengan saudara-saudaranya untuk menyumbangkan warisan ayahnya sebesar 2 triliun rupiah. Meski saudaranya pada cuek, uang itu kemudian diserahkan secara simbolis melalui Kapolda Sumsel, untuk bantuan dana penanggulangan Covid-19 Senin pekan lalu.
Ahong, wanita pendiam itu, merupakan anak ke-7 dari almarhum Akidi Tio yang meninggal 2009 lalu di usia 89 tahun. Akidi adalah pengusaha Tionghoa yang tinggal di Palembang Sumsel. Konon, mereka berasal dari Langsa Kabupaten Aceh Timur dan hijrah ke Palembang beberapa tahun lalu.
Sumbangan ini diserahkan Ahong bersama dokter keluarga mereka di Palembang, Prof. Dr. dr Hardi Darmawan, kepada Kapolda Sumsel disaksikan Gubernur Sumsel Herman Deru dan beberapa anggota Forkompinda lainnya. Wajah Kapolda Sumsel Irjen (Pol) Eko Indra Heri, Gubernur Herman, Danrem 044/Gapo Brigjen TNI Jauhari Agus, begitu sumringah hari itu. Karena Rp.2 triliun bukanlah jumlah yang sedikit.
“Alhamdulillah,” kata Kapolda. “Luar biasa,” sambut Gubernur. Masyarakat Sumsel pun, mengelu-elukan keluarga Akidi. Tak hanya di Sumsel, kabar sumbangan ini kemudian merebak ke seluruh Indonesia. Bagai bau parfum impor dan wangi lemang hangat, cerita 2 T ini berkibar dari Sabang sampai Merauke, dari langit sampai dasar bumi.