Lintas10.com. Kuansing – Panas terik matahari di siang menjelang sore, apalagi ditambah dengan suasana Bulan Suci Ramadhan 1444 Hijriah tahun 2023 Masehi.
Tidak menyurutkan langkah kaki Keswita (42) yang biasa disapa dengan KS, untuk memetik buah cabai, dari batangnya karena sudah matang.
KS memang seorang ASN, tapi bukan dari Sarjana Pertanian loh. Namun untuk soal bercocok tanam palawija seperti jagung, cabai kelihatannya tidak mau kalah dibandingkan dengan petani lainnya.
Apapun usaha besar kecilnya, tidak memandang modal besar maupun kecil. Namun bila dikerjakan dengan ketekunan, tentu saja akan membuahkan hasil.
Lihat saja yang dilakukan oleh KS, bersama sang juragan FL (42) yang berhasil menanam cabai di lahan seluas satu hektar, di Desa Seberang Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
——————–
KS memang tidak sendirian menanam cabai, tapi bersama Juragan KS dan dibantu Mang Mamat bersama keluarganya.
Diterpa sinar matahari sore itu, dua bocah mungil Imam Alfahrezi (11) yang biasa disapa Enji dan saudaranya Aka (9), tengah asyik memetik cabai.
” Meskipun dengan keringat membasahi kedua baju mereka, dan dibawah sinar terik mentari, namun keduanya tidak bergeming sedikitpun untuk berteduh,” ujar KS tentang putranya yang lagi asyik memetik cabai.
Sementara juragan KS yang biasa dipanggil FL (42), juga tengah sibuk memantau persiapan tanaman cabe rawit tumpang sari jagung manis, yang ditemani oleh empat orang karyawan lainnya tengah membuat bedengan dilahan 1 hektare nya lagi.
Dan 1 hektare nya lagi, cabai rawit tumpang sari bawang merah. Dan diatas serbuk sudah Juragan FL tanam semangka dalam karung seluas 1/ hektar.
Diperkirakan sekitar akhir Ramadhan ini, semangkanya tumbuh didalam karung, dan merambat diatas hamparan serbuk itu.
———————
SEBENARNYA kedua pasangan ini merupakan Sarjana Non Pertanian, KS (Keswita) Sarjana Teknik Industri, kalo Juragan FL Teknik Sipil Jalan dan Jembatan.
Entah kenapa, setahun lalu, KS dan Juragan FL memutuskan untuk berkebun, diatas lahan seluas tiga hektar yang ditanami dengan berbagai sayuran mulai dari Jagung manis, jagung pakan ternak, labu madu, kacang panjang, pare, pitulo.
Gak tahunya berlanjut ke cabai merah dan semangka. Kemudian baru cabai rawit, kates, rambutan dan durian. Ada pula terlihat kelengkeng dan pinang batara yang masih dalam polibag. Katanya Juragan FL, belum tertata semua, karena beberapa anggota sibuk panen cabai merah.
Pasangan yang sudah dikaruniai dua orang Putra Putri ini, Ara (14) dan Enji (11), tentu saja tersenyum manis melihat tanaman cabai merah keriting yang berbuah sangat lebat tanpa melibatkan penyuluh.
Mereka bertanam cabai dengan modal nekad, serta modal rajin membaca, kemudian langsung mempraktekkannya.
———————-
TAK TERINGAT dulunya KS dan Juragan FL ternyata pernah bekerja di Bank, tapi KS resign terlebih dahulu. Diikuti pula oleh Juragan FL, ia resign juga setelah 10 tahun bekerja di Bank BUMN.
Memilih fokus ke usaha produksi base dan redimix untuk jalan selama beberapa tahun terakhir. Dan sekarang sengaja ditutup pasca covid-19.
Diakui, KS memang wanita tangguh. Ternyata KS dahulunya juga pernah membuka swalayan tanpa modal yang banyak setelah resign Bank. Hanya bermodalkan relasi sales yang ia kenal selama bekerja di Bank, dan bermodalkan bangunan yang baru Juragan FL bangun setelah kelahiran anak pertama mereka.
Dan setelah memiliki beberapa karyawan di swalayan, KS malah disuruh tes Pegawe oleh keluarganya. Lulus.
——————————
11 TAHUN BERLALU, dan sekarang disela-sela kesibukannya sebagai Pegawe, justru tetap mencari kesibukan dengan berkebun-kebun holtikultura di luas lahan yang tak seberapa.
Karena swalayan tutup, bangkrut setelah kelahiran anak kedua. “Gak terurus, setelah ditinggalkan karyawan kepercayaannya menikah. Repot katanya ngurusin sekaligus kantor, rumah, anak, suami dan swayalan. Gak selesai, kalo gak punya orang yang dipercaya, akhirnya ya bangkrut deh, hehehe,” KS terdengar menertawakan dirinya sendiri.
Swalayan yang ditukar dengan usaha caferesto pun juga hanya bertahan 2 tahun, yang akhirnya juga ditutup karena covid-19.
Dahulunya pada bekerja di Bank sekeluarga, sudah banyak mencoba pahit manisnya dunia usaha, ujung-ujungnya eh malah suka bertani seperti ini, meski kotor-kotor tapi menyenangkan dan menentramkan jiwa.
————————-
HANYA DENGAN modal nekad saja, dan modal hobi nanya-nanya dan coba-coba, toh akhirnya bisa juga menghasilkan dalam waktu yang tak enggak terlalu lama.
Jadilah hasilnya kalo cabe merah, harganya sekarang memang sedang turun ya, per hari ini berkisar Rp 30.000,- sampai Rp.35.000.- per kilogram.
” Sampai sekarang ini kita sudah panen cabai sekitar 3 ton. Sedangkan benihnya (bibit cabe) sekitar 10.000 batang, bagian atas itu ada 7000 batang, bagian bawah ini 3000 batang diatas lahan seluas satu hektar.
Nah sisanya masih ada yang mau ditanam lagi di 3/4 lahan se hektare, yang diplastikin ini lebih kurang 7000 hingga 10.000 batangnya lagi yang sedang di semai. Palingan sekitar 21 hari lagi siap tanam.” tutur KS.
Untuk Cabai rawit, ada sekitar 10.000 batang juga yang sedang pembibitan. Diperkirakan usai lebaran nantilah baru ditanam. Sedang pemasangan mulsa.
———————-
SEDANGKAN untuk tanaman cabai merah keriting ini, KS menggunakan bibit benih Cabe Hibrida F1 yang hasilnya lebih besar-besar. Dan tidak kalah dengan cabe asal Minang maupun di Jawa sana.
Ditanya jenis pupuk yang digunakan, KS hanya menjawab singkat cukup dengan pupuk cair buatan sendiri. Ditanya ramuan nya apa, KS menjawab sambil tertawa “rahasia perusahaan lah”, katanya.
Dan hanya sekitar 10 persen, menggunakan pupuk kimia.
Kenapa lebih banyak menggunakan pupuk organik, ketimbang pupuk kimia. KS dengan lugas, menjawab lebih simpel dan murah meriah,” ujarnya tertawa terbahak-bahak mengakhiri percakapan ini. (Rep)***