lintas10.com-Filolog yang juga warga Cirebon DR. R. Rafan Safari Hasyim, MA kembali mempertanyakan benda bersejarah dan sekaligus harta karun dari kapal karam yang ditemukan diperairan laut Cirebon pada tahun 2004 silam.
Pasalnya, Cirebon sendiri sebagai tempat ditemukannya harta karun tersebut tidak mendapatkan apa pun dari banyaknya barang antik yang ditemukan itu.
Ia pun meminta kepada pemerintah agar ke depan memperhatikan daerah. Terutama dalam bentuk benda-benda koleksi yang bisa disimpan di museum.
Harta karun itu ditemukan dari kapal Cina yang karam di perairan Cirebon. Berada di kedalaman 56 meter dan lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Cirebon.
Adapun bentuknya berupa 250 ribu barang pecah belah dan perhiasan. Swpwrti guci keramik, mutiara dan emas.
Dilansir dari Dailly Mail, Peneliti Belgia dari lembaga sejarah Cosmix Uni Emirat Arab, Luc Heymans, menyimpulkan temuan di Cirebon itu merupakan harta karun terbesar dan paling berharga di wilayah Asia Tenggara.
Paling besar dalam pengertian secara kuantitas maupun kualitas. Luc Heymans memperkirakan, perhiasan dan barang pecah belah ini berasal dari abad ke-10.
“Kapal pedagang Tiongkok yang karam itu akan bertolak ke Timur Tengah. Penyebab kandasnya kapal disinyalir akibat cuaca buruk,” kata Heymans.
Nyangkut di Jaring Nelayan
Penemuan harta karun tersebut bermula ketika jaring seorang nelayan yang sedang mencari ikan tersangkut. Setelah diselami, ternyata jaringnya tersangkut kapal karam. Dan setelah jaring diangkat isinya beberapa keramik kuno.
Temuan itu pun dilaporkan ke Direktorat Cagar Budaya Bawah Air dan Warisan Kolonial Cirebon. Namun, tidak mudah melakukan pengangkatannya karena membutuhkan teknologi canggih.
Beberapa badan internasional pun menawarkan bantuan untuk mengangkut harta karun itu. Dengan melibatkan 22 ribu penyelam, pengangkatan benda kuno itu dapat diselesai dalam waktu setahun.