MALANG, LINTAS10.COM- “Budaya membaca dan literasi masyarakat Indonesia masih rendah, bahkan tertinggal empat tahun dibanding negara maju,” tegas Mendikbud, Muhadjir Effendy baru-baru ini saat membuka kegiatan Uji Publik RUU Tentang Sistem Perbukuan di Universitas Muhammadiyah, Malang, Jawa Timur.
Menurutnya, kemampuan literasi siswa kelas XII di Indonesia masih setara dengan kemampuan siswa kelas VIII di negara maju, oleh karena itu, kata dia, ketertinggalan ini harus dikejar agar dapat meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Namun masalah yang dihadapi saat ini, kata Mendikbud, adalah tingginya disparitas antar daerah sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di suatu daerah. “Ada daerah di mana sekolah libur selama 3 bulan karena siswa membantu orangtuanya ke sawah, ada daerah yang tidak bisa menerapkan sekolah 8 jam karena masih double shift, belum lagi untuk daerah-daerah kepulauan yang sangat tergantung cuaca,” kata Mendikbud.
Karena perbedaan karakteristik itu, lanjut Mendikbud, maka kebijakan pendidikan nasional tidak bisa diterapkan secara seragam di setiap daerah, untuk daerah-daerah yang tertinggal diperlukan afirmasi.
Langkah afirmasi untuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) yang akan dilaksanakan oleh Kemendikbud adalah akan membangun perpustakaan di pinggiran, membangun gerakan membaca, kegiatan pembagian buku dan sebagainya.
Pengaturan perbukuan yang menjamin kemanfaatan, mutu, ketersediaan, keterjangkauan yang dapat dipertanggungjawabkan, menurut Mendikbud, akan membantu meningkatkan daya literasi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kata Mendikbud, Rancangam Undang-Undang (RUU) Sistem Perbukuan perlu segera disahkan.
Sementara itu, Ketua Tim Panitia Kerja (Panja) RUU Tentang Sistem Perbukuan, Sutan Adil Hendra mengatakan, RUU ini merupakan inisiatif DPR yang telah dibahas selama 10 tahun dan Tim Panja yang sekarang ini baru menerima mandat pembahasan pada tanggal 16 April 2016 untuk segera menuntaskannya bersama pemerintah.