Asahan, lintas10.com – Penumpukan pasir yang dibawa dari hulu menuju hilir (sedimentasi) di sepanjang aliran Sungai Asahan dan Sungai Silau termasuk penyebab terjadinya bencana banjir dan meluapnya air sungai, kerusakan infrastruktur, wabah penyakit, serta terganggunya aktivitas pendidikan serta perekonomian masyarakat.
Dan untuk mencari solusi atas buruknya kondisi eksisting sedimentasi Sungai Asahan dan Sungai Silau tersebut, Pemkab Asahan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Tanjung Balai dan LPPM Universitas Sumatera Utara menggelar Seminar Nasional Tentang Sedimentasi Sungai Asahan dan Sungai Silau di aula Hotel Sabty Garden, Kisaran, Sumatera Utara.
Dalam kegiatan tersebut hadir juga perwakilan dari masing-masing Kementerian terkait seperti Kementarian Kementerian Hidup dan Kehutanan, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Perdagangan dan Perhubungan, serta undangan lainnya.
“Timbulnya penumpukan pasir yang dibawa dari hulu menuju hilir disepanjang aliran sungai menjadi penyebab rusaknya lingkungan dan hal ini tentunya berdampak pada layunya ekonomi dan juga problematika sosial,” kata Inisiator sekaligus Tokoh Masyarakat, Febriandi Saragih, Senin (13/1/2020).
Febri juga menyebutkan, normalisasi atau dilakukannya pengerukan sedimentasi adalah solusi untuk mengatasi permasalahan Sungai Asaham dan Sungau Silau, meskipun dirinya mengakui terdapat tantangan dan hambatan dalam melakukannya.
“Kami pernah menyampaikan permasalahan ini ke Pemerintah Pusat, hanya saja sampai sekarang belum juga terlihat progres yang positi. Semoga dengan digelarnya acara ini bisa mendapatkan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi,” sebutnya.
Berdasarkan hasil penelitian Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada tahun 2013, volume sedimentasi sebesar 10.185. 308 meter kubik sehingga mengakibatkan pendangkalan sungai, daya tampung sungai yang menurun sehingga mengakibatkan mengakibatkan banjir karena meluapnya air kepemukiman masyarakat saat curah hujan tinggi.